MENGEMBALIKAN INTEGRARITAS UMAT DALAM MENUJU ISLAM YANG RAHMATAN LIL ALAMIN


MENGEMBALIKAN INTEGRARITAS UMAT DALAM MENUJU ISLAM YANG RAHMATAN LIL ALAMIN
Oleh: Rif’atul Faridah

A.    latar Belakang
Islam merupakan agama yang rahmatan lil ‘alamin, yakni agama yang menjunjung tinggi persatuan dan perdamaian bagi seluruh manusia bahkan seluruh alam. Ini merupakan dasar pemersatu bagi umat islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin, tapi ini semua tidaklah semudah teorinya saja. Dalam kenyataanya terdapat berbagai perbedan-perbedan pemikiran maupun ideologis antara satu dengan yang lainya dalam umat islam itu sendiri.
Perbedaan-perbedaan ini menyebabkan terjadinya kesenjangan-kesenjangan yang ada didalam tubuh umat islam itu sendiri, sehingga ada kesan bahwa umat islam tidak mempunyai integreritas yang kuat sebagai agama pemersatu dan pembawa kedamaian bagi seluruh  umat manusia di dunia bahkan seluruh alam.
Terjadinya kesenjangan antara ideal islam (normatif) dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan (historis), telah banyak menarik perhatian para ahli untuk mencari penyebabnya, dan sekaligus menawarkan pemecahanya. Islam memiliki banyak dimensi dan karenanya dalam memahami diperlukan berbagai pendekatan yang digali dari berbagai disiplin ilmu.

B.     Rumusan Masalah
Setelah mengetahui pendahuluan diatas, maka timbulah permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
  1. Perlukah pemahaman islam yang integratif dalam kesenjangan antara normatif (addin) dan historis (tadayyun)
  2. Bagaimana cara mengembangkan relevansi islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin
  3. Upaya apa yang bisa dilakukan untuk menumbuh kembangkan keberagaman islam tanpa membedakan idiologi masing-masing
C.    PEMBAHASAN
Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin yakni agama yang memberikan kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia bahkan seluruh alam. Tapi kenapa dalam islam sendiri dewasa ini terdapat kelompok-kelompok islam yang mempunyai hubungan tak serasi sehingga umat islam itu berkesan umat yang lemah dan mudah untuk dipecah belah.
Semua itu tejadi karena dalam islam memang terdapat kelompok-kelompok yang mempunyai ideologi-ideologi dan pemikiran-pemikiran sendiri-sendiri, yang tekadang bersinggungan sehingga dapat memicu konflik antar kelompok, tetapi sejatinya  islam merupakan agama yang mempunyai umat yang kuat karena islam mengajarkan untuk tolong menolong, toleran, dan bersatu bahkan diibaratkan dalam hadist nabi bahwa umat islam itu bagaikan satu tubuh. Adapun cara untuk mengembangkan relevansi islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin, namun jika dalam kenyataanya timbul polemik yang mengakibatkan konflik, maka konflik itu harus segera diatasi agar tidak terjadi kesenjangan umat. Adapun cara mengatasi konflik yaitu :
1)      Paksaan (koersi)
Untuk mengatasi konflik dapat dilakukan dengan cara memaksapara fihak yang bersengketa untuk mengadakan perdamaian. Bisa berupa paksaan fisik maupun psikologis.
2)      Arbitrasi
arbitrasi merupakan proses untuk mengatasi konflik melalui pihak tertentu atau arbitrator, yang nantinya sebagai pihak yang memutuskan penyelesaian konflik.
3)      Mediasi
Mediasi merupakan cara penyelesaian konflik dengan menggunakan pihak ketiga yang memiliki hubungan baik dengan para pihak yang berkonflik.pihak ketiga aktif terlibat dalam negosiasi dengan pihak yang berkonflik.
4)      Negosiasi
Negosiasi merupakan cara penyelesaian konflik atas inisiatif pihak-pihak yang berkonflik. Pihak yang berkonflik melakukan pembicaraan dalam bentuk tawar menawar syarat-syarat mengahiri konflik. Konflik yang diselesaikan dengan negosiasi pada umumnya menghasilkan perdamaian yang relative lebih lama daripada yang diakhiri dengan cara lain.
Semua itu bertujuan untuk membangun islam yang satu  dapat juga dengan upaya-upaya atau usaha-usaha guna terciptanya islam yang rahmatan lil alamin.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menumbuh kembangkan keberagaman islam yang santun, anggun dan toleran  tanpa membedakan  idiologi masing-masing perludiadakanya pendekatan-pendekatan terhadap umat islam itu sendiri. Adapun pendekatan-pendekatan tersebut adalah :
1.      Pendekatan Sosiologis
Sosiologis merupakan ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan mempelajari ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu. Sosiologis mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula kepercayaanya, keyakinan yang member sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia. Sosiologis tidak menetapkan kea rah mana sesuatu seharusnya berkembang dalam arti memberi petunjuk-petunjuk yang menyangkut kebijaksanaan kemasyarakatan dari proseskehidupan bersama tersebut. Didalam ilmu ini juga dibahas tentang prose-proses social, mengingat bahwa pengetahuan perihal struktur masyarakat saja belum cukup untuk memperoleh gambaran yang nyata mengenai kehidupan bersama dari manusia.[1]
Denagn ilmu ini suatu fenomena social dapat dianalisa dengan factor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan, mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut
2.      Pendekatan Kebudayaan
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat; dan berarti pula kegiatan (usaha) batin (akal dan sebagainya) untuk menciptakan sesuatu yang ttermasuk hasil kebudayaan. Menurut Sutan Takdir Alisjahbana kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat dan segala kecakapan lain, yang diperoleh manusia ebagai anggota masyarakat.[2]
Kebudayaan yang demikian selanjutnya dapat pula digunakan untuk memahami agama yang terdapat pada dataran empiriknya atau agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat. Pengamalan agama yang terdapat di masyarakat tersebut diproses oleh penganutnya dari sumber agam yaitu wahyu melalui penalaran. Agama yang tampil dalam bentuknya yang demikan itu berkaitan dengan kebudayaan yang berkembang dimasyarakat tempat agama itu berkembang. Denagn melalui pemahaman terhadap kebudayaan tersebut seseorang akan dapat mengamalkan ajaran agama.
3.      Pendekatan Historis
Melalui pendekatan sejarah seseorang diajak menukik dari alam idealis ke alam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis. Melalui pendekatan ini seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa.
4.      Pendekatan Psikologis
Psikologa atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa sesorang melalui gejala atau prilaku yang dapat diamati. Menurut Zakiyah Daradjat[3], bahwa prilaku seseorang yang Nampak lahiriyah terjadi karena dipengaruhi oleh keyakinan yang di anutnya. Seseorang ketika saling berjumpa ssling mengucapkan salam, hormat kepada orang tua, kepada guru, menutup aurat, rela berkorban untuk kebenaran dan sebagainya adalah merupakan gejala-gejala keagamaan yang dapat dijelaskan melalui ilmu jiwa agama. Ilmu jiwa agama sebagaimana dikemukakan oleh Zakiyah Daradjat tidak akan mempersoalkan benar tidaknya agama atau ideologi yang dianut seseorang, melainkan yang dipentingkan adalah bagaimana keyakinan tersebut terlihat pengaruhnya dalam pengaruh penganutnya.
Dengan ilmu jiwa ini seseorang selain akan mengetahui tingkat keagamaan yang hayati, dipahami dan diamalkan seseorang, juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukan agama kedalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan usianya. Dengan ilmu ini agama akan menemukan cara yang tepat dan cocok untuk menanamkanya pada diri umat.

D.    Kesimpulan
Dari uraian tersebut diatas kita merlihat ternyata agama islam ini memang agama yang memiliki keanekaragaman, baik pamikiran mauapun idiologi, sosial, budaya, histori. sehingga kadang terciptalah kesenjangan-kesenjangan yang bisa memicu terjadinya konflik antara umat islam itu sendiri. Sehingga perlulah adanya upaya-upaya pendekatan dan pemahaman kepada kelompok-kelompok islam baik pendekatan sosiologis, kubudayaan, psikologis, maupun historis guna mencapai umat islam yang kuat dan memiliki nilai integreritas yang tinggi sehingga kembalilah islam kepada agama yang rahmatan lil alimin yaitu pembawa perdamaian dan kedamaian bagi luruh umat manusia bahkan alam semesta.

E.     Penutup
Demikianlah makalah ini saya susun, saya yakin banyak kesalahan dan kekurangan disana-sini, oleh karenanya kritik maupun arahan dari pembaca sangat saya harap dan butuhkan demi berkualitasnya makalah ini dan harapanya untuk perbaikan makalah selanjutnya.


F.     DATAR PUSTAKA
Abuddin nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta : PT Raja grafindo persada, 1999.
Basan Tibi, Islam kebudayaan dan Perubahan social, Yogyakarta, Tiara Wacana, 1999.
Muhaimin dkk, Kawasan dan Setudi Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2000.
Sutan takbir alisjahbana, Antropologi Baru, Jakarta : Dian Ratyat, 1986.
Zakiyah daradjat , ilmu jiwa agama, Jakarta: Bulan Bintang.


[1]  Abuddin nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta : PT Raja grafindo persada, 1999, cet.II, hal. 34
[2] .Sutan takbir alisjahbana, Antropologi Baru, Jakarta : Dian Ratyat, 1986, cet.III, hal.207.
[3]Zakiyah daradjat , ilmu jiwa agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1987, cet. I, hlm: 76.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar